Anak yang Baik dan Anak yang Jahat
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi hutan hijau dan sungai jernih, tinggallah dua saudara bernama Rama dan Randu. Mereka kembar, tetapi sifatnya sangat berbeda.
Rama adalah anak yang baik hati. Ia selalu membantu ibu menyapu halaman, mengambilkan air, dan mengantar makanan untuk nenek di ujung desa. Setiap hari, Rama tersenyum kepada siapa pun yang ia temui, dan semua orang menyukainya.
Sebaliknya, Randu terkenal nakal. Ia sering membentak orang, mengambil barang tanpa izin, dan suka mengganggu teman-temannya. Jika diminta membantu, Randu selalu berkata, “Ah, nanti saja,” lalu pergi bermain di mpo234
Suatu hari, desa itu mengadakan lomba mencari bunga perak yang hanya tumbuh di dalam hutan. Siapa pun yang menemukannya akan mendapat hadiah dari kepala desa. Rama dan Randu pun ikut.
Rama berjalan pelan sambil memperhatikan sekitar. Di perjalanan, ia menolong seekor burung kecil yang terjebak di semak duri, juga membantu seorang nenek yang hampir terjatuh karena membawa kayu terlalu banyak. Meski waktunya terbuang, Rama merasa senang bisa membantu.
Sementara itu, Randu berlari cepat ke dalam hutan tanpa memperhatikan apa pun. Ia hanya ingin menjadi yang pertama. Ketika melihat seekor anak rusa terjebak di lumpur, Randu mengabaikannya. “Bukan urusanku!” katanya sambil terus berlari.
Namun semakin jauh Randu masuk ke hutan, semakin ia tersesat. Jalan yang ia ingat sebelumnya tidak lagi terlihat. Langit mulai gelap dan suara-suara hewan membuatnya takut. Randu mulai menyesal.
Di saat yang sama, Rama akhirnya menemukan bunga perak di dekat batu besar. Ketika ia hendak kembali ke desa, ia mendengar suara seseorang memanggil pelan. Rama mengikuti suara itu—ternyata Randu! Wajahnya pucat dan matanya hampir menangis.
“Rama… aku tersesat,” kata Randu gemetar.
Rama tidak marah. Ia memeluk Randu dan berkata, “Ayo pulang. Aku ada di sini.”
Dengan tenang, Rama memandu Randu keluar dari hutan. Sesampainya di desa, kepala desa memuji kebaikan Rama dan memberinya hadiah sesuai janji. Namun Rama berkata, “Hadiah ini untuk kami berdua, karena Randu juga ikut berusaha.”
Randu terkejut. Ia menunduk dalam-dalam. Untuk pertama kalinya, ia merasa malu atas sikapnya selama ini. Malam itu, Randu berjanji pada dirinya sendiri untuk berubah menjadi anak yang lebih baik seperti Rama—bukan karena ingin hadiah, tetapi karena kebaikan ternyata membawa kedamaian.
Sejak hari itu, Randu belajar melakukan hal-hal kecil yang baik. Ia membantu ibu, meminta maaf kepada teman-temannya, dan berusaha bersikap lembut kepada semua orang. Ia tidak langsung menjadi sempurna, tapi setiap hari ia terus mencoba.
Dan desa kecil itu kembali damai, karena kedua anak kembar itu kini tumbuh bersama dalam kebaikan.
